
Jakarta, edunews.com- Dalam atmosfer yang sarat semangat dan spiritualitas, Puncak Milad ke-63 Wanita Islam bukan hanya menjadi perayaan usia organisasi, tetapi juga panggung gagasan besar: bahwa masa depan kepemimpinan muslimah Indonesia harus dibentuk sejak dini—melalui pendidikan yang berkeadaban.
Gagasan ini disampaikan dengan penuh keyakinan oleh Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, dalam sesi seminar kebangsaan yang menjadi sorotan utama. Dengan tema “Pendidikan Berkeadaban: Membangun Kepemimpinan Muslimah Sejak Usia Dini dalam Sistem Pendidikan Nasional".
Prof. Mu'ti mengajak seluruh elemen bangsa untuk melihat pendidikan sebagai medan perjuangan nilai, bukan sekadar ruang akademik.
“Kita tidak hanya membutuhkan generasi yang cerdas, tetapi generasi yang beradab. Kepemimpinan muslimah harus tumbuh dari akar spiritualitas, kepekaan sosial, dan karakter yang dibentuk sejak masa kanak-kanak,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa sistem pendidikan nasional harus menjadi tempat tumbuhnya jiwa kepemimpinan perempuan—yang tidak hanya mampu berpikir kritis, tetapi juga memimpin dengan kasih, hikmah, dan keberanian. Dalam pandangannya, pendidikan berkeadaban adalah jalan menuju bangsa yang bermartabat, dan perempuan muslimah adalah penjaga nilai-nilai itu.
Lebih dari sekadar wacana, Prof. Mu’ti menyerukan sinergi antara pemerintah dan organisasi masyarakat, khususnya Wanita Islam, untuk memperjuangkan kurikulum yang menanamkan nilai keimanan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Ia menyebut Wanita Islam sebagai mitra strategis dalam membentuk ekosistem pendidikan yang inklusif dan bernilai.
“Wanita Islam telah lama menjadi pelita di tengah masyarakat. Kini saatnya pelita itu menyinari ruang-ruang pendidikan formal, agar nilai-nilai luhur menjadi bagian dari arus utama pembangunan bangsa,” tambahnya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Wanita Islam, Dra. Hj. Marfuah Musthofa, memperkuat pesan tersebut. Ia menegaskan bahwa Milad ini bukan sekadar mengenang perjalanan, tetapi panggilan untuk memperkuat tanggung jawab keumatan. Ia menyerukan agar seluruh kader Wanita Islam terus menjadi pelopor dalam membangun masyarakat yang berkeimanan, berkeadaban, dan berdaya.
Sementara itu, Ketua Panitia Milad ke-63 sekaligus Sekretaris Jenderal Wanita Islam menyampaikan bahwa kekuatan organisasi ini terletak pada dua pilar utama: konsolidasi dan doa.
“Konsolidasi menyatukan langkah, dan doa meneguhkan arah,” ujarnya.
Dua kekuatan ini menjadi fondasi gerakan perempuan muslimah yang tetap relevan dan tangguh di tengah tantangan zaman.
Milad ke-63 Wanita Islam juga diisi dengan Doa Bersama untuk Negeri, dipimpin oleh Ustadzah Hj. Maryam Ahmad, serta penganugerahan tokoh perempuan inspiratif dari berbagai bidang. Namun, gagasan tentang pendidikan berkeadaban menjadi titik refleksi yang menggugah: bahwa masa depan bangsa bergantung pada kualitas kepemimpinan perempuan—yang dibentuk sejak dini, dengan cinta, nilai, dan visi.***(edu/ism/banu)
LEAVE A REPLY